Profil Desa Tlaga

Ketahui informasi secara rinci Desa Tlaga mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tlaga

Tentang Kami

Profil lengkap Desa Tlaga, Punggelan, Banjarnegara. Menyingkap potensi agraris kopi robusta unggulan, rintisan desa wisata berbasis alam, serta data demografi dan dinamika pembangunan terkini di jantung perbukitan Banjarnegara, Jawa Tengah.

  • Pusat Agrobisnis Kopi Robusta

    Desa Tlaga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi robusta berkualitas di Banjarnegara, yang menjadi motor penggerak utama ekonomi lokal.

  • Gerbang Wisata Alam Tersembunyi

    Wilayah ini memiliki pesona alam, terutama curug (air terjun) dan bentang perbukitan yang potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata.

  • Masyarakat Berdaya dan Gotong Royong

    Pembangunan infrastruktur dan sosial banyak didorong oleh inisiatif dan swadaya masyarakat, menunjukkan semangat kebersamaan yang kuat.

Pasang Disini

Desa Tlaga, yang berlokasi di Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, secara konsisten menunjukkan dirinya sebagai wilayah perdesaan yang dinamis dengan potensi signifikan. Terletak di kawasan perbukitan yang subur, desa ini tidak hanya menjadi penopang utama sektor pertanian di tingkat lokal, khususnya komoditas kopi, tetapi juga menyimpan pesona alam yang mulai dilirik untuk pengembangan sektor pariwisata. Dengan fondasi sosial masyarakat yang kuat dan upaya pemerintah desa yang terarah, Desa Tlaga bergerak menuju kemandirian ekonomi yang lebih solid. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk identitas Desa Tlaga, mulai dari kondisi geografis, demografi, pilar ekonomi, hingga tantangan dan prospek pembangunannya di masa depan.

Kondisi Geografis dan Tatanan Demografi

Secara geografis, Desa Tlaga menempati posisi strategis di Kecamatan Punggelan. Wilayahnya merupakan kawasan perbukitan dengan kontur tanah yang bergelombang, berada pada ketinggian yang ideal untuk perkebunan, terutama kopi. Luas wilayah Desa Tlaga tercatat sekitar 6,37 kilometer persegi atau 637,21 hektar. Lokasinya yang berada di dataran yang lebih tinggi menjadikan udara di desa ini relatif sejuk dan lingkungannya masih sangat asri.

Batas-batas administratif Desa Tlaga yaitu:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjungtirta dan hutan negara yang terhubung hingga Kecamatan Kalibening.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mlaya dan Desa Sipedang (Kecamatan Banjarmangu).

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Petuguran.

Sebelah Barat berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Purbalingga.

Berdasarkan data kependudukan terakhir yang tersedia, jumlah penduduk di Desa Tlaga mencapai ribuan jiwa yang tersebar di beberapa dusun, seperti Dusun Slimpet yang merupakan salah satu titik tertinggi di desa tersebut. Dari total luas wilayah dan jumlah penduduknya, kepadatan penduduk Desa Tlaga tergolong proporsional untuk sebuah wilayah perdesaan agraris. Struktur demografi ini didominasi oleh kelompok usia produktif yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan. Dinamika kependudukan ini menjadi modal sosial yang penting sekaligus tantangan dalam penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Sejarah Lokal dan Sistem Pemerintahan

Setiap desa memiliki riwayatnya sendiri yang membentuk karakter masyarakatnya, begitu pula dengan Desa Tlaga. Meskipun catatan sejarah formalnya tidak terdokumentasi secara masif, narasi lokal yang diwariskan secara turun-temurun menjadi bagian dari identitas desa. Salah satu dusun di Desa Tlaga, yaitu Dusun Simpar, memiliki cerita unik yang cukup dikenal di kalangan masyarakat lokal terkait mitos yang dipercaya oleh warga setempat. Keunikan kultural semacam ini menjadi bagian dari kekayaan tak benda yang dimiliki desa.

Sistem pemerintahan di Desa Tlaga berjalan di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Roda pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya. Berdasarkan data publik, Kepala Desa Tlaga saat ini ialah Bapak Sirin. Pemerintah Desa Tlaga secara aktif mengelola administrasi, merencanakan pembangunan dan memfasilitasi berbagai program pemberdayaan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, fokus pemerintahan desa terlihat pada upaya peningkatan infrastruktur dasar seperti perbaikan jalan penghubung antar dusun dan desa, serta penguatan sektor ekonomi unggulan. Sinergi antara pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan lembaga kemasyarakatan lainnya menjadi kunci dalam mengimplementasikan agenda-agenda pembangunan agar berjalan efektif dan sesuai dengan aspirasi warga.

Kopi Robusta: Jantung Perekonomian Desa

Pilar utama yang menopang perekonomian Desa Tlaga merupakan sektor agraris, dengan kopi jenis robusta sebagai komoditas andalannya. Kondisi alam yang mendukung, mencakup ketinggian, jenis tanah, dan iklim, menjadikan biji kopi yang dihasilkan dari perkebunan rakyat di Desa Tlaga memiliki kualitas yang diakui. Sebagian besar lahan produktif di desa ini ditanami kopi, yang dikelola oleh petani secara perorangan maupun melalui kelompok tani.

Keberadaan kelompok-kelompok tani menjadi vital dalam ekosistem perkopian di sini. Mereka berfungsi sebagai wadah bagi para petani untuk bertukar informasi, mendapatkan akses terhadap pupuk dan bibit unggul, serta meningkatkan posisi tawar dalam pemasaran hasil panen. Pemerintah daerah, melalui dinas terkait, juga kerap memberikan dukungan berupa penyuluhan dan bantuan teknis untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi Tlaga. Kopi dari wilayah ini tidak hanya dipasarkan dalam bentuk biji mentah (green bean), tetapi sebagian masyarakat juga sudah mulai mengembangkannya menjadi produk kopi bubuk kemasan yang siap seduh, sebuah langkah awal menuju hilirisasi produk. Aktivitas ekonomi yang berpusat pada kopi ini menciptakan efek domino, mulai dari tenaga kerja di kebun, proses pascapanen, hingga perdagangan yang melibatkan pengepul lokal.

Menggali Potensi Wisata Alam dan Rintisan Desa Wisata

Di luar sektor pertanian, Desa Tlaga menyimpan potensi besar di bidang pariwisata berbasis alam. Bentang alam perbukitan yang hijau, suasana pedesaan yang tenang, serta keberadaan beberapa air terjun (curug) menjadi daya tarik utama. Salah satu curug yang potensial untuk dikembangkan yakni Curug Pletuk, yang menawarkan keindahan alam yang masih alami. Lokasi-lokasi seperti ini menjadi magnet bagi para pencari ketenangan atau wisatawan minat khusus yang menyukai petualangan.

Pengembangan sektor ini masih dalam tahap rintisan. Pemerintah desa bersama kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat mulai melakukan langkah-langkah awal, seperti perbaikan akses jalan setapak menuju lokasi wisata dan promosi sederhana melalui media sosial. Tantangan utama yang dihadapi meliputi pembangunan infrastruktur pendukung yang memadai, seperti akses jalan yang lebih baik, area parkir, toilet, dan warung. Jika dikelola secara profesional, pengembangan pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan alternatif yang signifikan bagi masyarakat dan desa, sekaligus membuka lapangan kerja baru di luar sektor pertanian. Konsep ekowisata atau agrowisata kopi dapat menjadi pilihan strategis, di mana pengunjung tidak hanya menikmati alam tetapi juga dapat belajar tentang proses budidaya dan pengolahan kopi khas Desa Tlaga.

Infrastruktur, Sosial, dan UMKM Pendukung

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama di Desa Tlaga, mengingat perannya yang krusial dalam mendukung mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi hasil bumi. Dalam beberapa waktu terakhir, isu mengenai kondisi jalan penghubung, khususnya ruas yang menyambungkan Desa Tlaga dengan desa-desa tetangga seperti Tanjungtirta dan Mlaya, menjadi perhatian publik dan pemerintah. Perbaikan dan pemeliharaan jalan ini sangat vital karena merupakan jalur ekonomi utama. Semangat gotong royong masyarakat seringkali menjadi solusi sementara dalam mengatasi kerusakan infrastruktur, menunjukkan modal sosial yang kuat.

Di samping pertanian kopi, denyut ekonomi desa juga didukung oleh berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ini mencakup warung-warung kelontong, usaha kuliner skala kecil, peternakan kambing dan unggas, serta kerajinan tangan sederhana seperti pembuatan sapu yang memanfaatkan bahan baku dari alam sekitar. UMKM ini, meskipun skalanya masih kecil, berperan penting dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari warga dan memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Pemberdayaan UMKM melalui pelatihan, akses permodalan, dan perluasan pemasaran merupakan area yang potensial untuk digarap lebih lanjut guna memperkuat struktur ekonomi desa secara keseluruhan. Kehidupan sosial masyarakatnya sangat erat, diwarnai oleh kegiatan keagamaan dan tradisi gotong royong yang masih terpelihara dengan baik.

Prospek dan Tantangan Pembangunan Masa Depan

Menatap ke depan, Desa Tlaga memiliki prospek yang cerah. Fondasi ekonomi berbasis kopi robusta yang sudah kuat menjadi modal utama. Dengan peningkatan teknik budidaya, pengolahan pascapanen yang lebih baik, dan strategi branding yang tepat, kopi Tlaga berpotensi menembus pasar yang lebih luas dengan nilai jual yang lebih tinggi. Di sisi lain, potensi wisata alam yang belum tergarap maksimal membuka peluang diversifikasi ekonomi yang menjanjikan.

Namun sejumlah tantangan masih perlu diatasi. Keterbatasan infrastruktur jalan yang memadai masih menjadi kendala utama yang menghambat aksesibilitas dan biaya logistik. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting lainnya; menarik minat generasi muda untuk tetap bekerja di sektor pertanian memerlukan inovasi dan jaminan kesejahteraan. Dari sisi pariwisata, dibutuhkan investasi yang tidak sedikit dan perencanaan yang matang agar pengembangannya tidak merusak kelestarian lingkungan.

Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah desa, masyarakat, dan dukungan dari pemerintah kabupaten, Desa Tlaga dapat mengatasi tantangan tersebut. Penguatan kelembagaan lokal seperti BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dapat menjadi motor penggerak utama dalam mengelola potensi kopi dan pariwisata secara profesional. Dengan demikian, Desa Tlaga tidak hanya akan dikenal sebagai penghasil kopi, tetapi juga sebagai desa agrowisata yang maju, mandiri, dan sejahtera.